Thursday, April 5, 2012

buku-buku


dari kiri - kanan: "the geography of bliss" by eric weiner
"it" by stephen king
"aleph" by paulo coelho
"the invention of hugo cabret" by brian seznick



gua udah baca semuanya kecuali "it" (berhenti di halaman 309) yang, demi teteisme, serius serem. ngeri. bikin depresi. dan 1093 halaman dengan font times new roman plus iblis badut.

iblis badut, sodara-sodara. kesukaan bamby.

gua harus ngaku dari empat buku di atas, yang jelas jempolan adalah "the geography of bliss" yang, demi teteisme, bikin lo bakal pengen pindah ke swiss atau islandia dan tanpa sadar menerapkan 'man pen lay' ala thailand. ngakak juga, soalnya oom weiner sarkas. sayangnya, saking sarkasnya dan sarkas bahasa inggris kalo di-bahasa indonesia-in itu aneh. atau, emang translator-nya kurang gaul, kalo menurut gua. beberapa terjemahan terasa awkward. tapi itu bisa diatur. tinggal beli/cari buku yang versi english-nya.

oom weiner juga bikin gua bertanya-tanya; gimana pendapat dia soal indonesia. dia ke bali, di akhir buku, kaget sama gerai starbucks yang menyambutnya di bandara; tapi kabur ke lombok dan seneng sama desa yang 'nggak berubah sejak 400 tahun lalu'. gua juga pengen tau pendapat dia soal new zealand. enough said.

sementara "aleph" - yang setelah gua google ternyata adalah "alif" dalam bahasa arab - jujur bikin males. mungkin karena opa coelho bilang itu buku semacam memoarnya, dan memoar kalo di otak gua itu berarti personal alias diambil dari kisah nyata atau cuplikan kehidupan si penulis.

"aleph" bikin gua ngeliat opa coelho dari sisi manusiawi. gua emang baru baca "the alchemist" yang demi teteisme keren; dan ketika disodorin "aleph yang semacam memoar" itu, gua langsung mikir wtf. wtf, karena ternyata opa coelho itu cukup egois, cukup self-centric, dan cukup-cukup berkonotasi negatif lainnya.

loh bagus dong, bam?
enggak buat gua. nggak bagus. dan "aleph" punya plot dimana si penulis (mungkin opa coelho mungkin juga bukan) bisa time-traveling. males gua serius. genre "aleph" jadi ngeblur, jadi nggak jelas apa maunya. meskipun, tentu, ada banyak kalimat-kalimat wtfkeren yang patut dikutip di blog logika tanpa cela. di antaranya;

"words are tears that have been written down. tears are words that need to be shed. without them, joy loses all its brilliance and sadness has no end. thank you, then, for your tears.

we're being accompanied by a cloud that will long since have disappeared forever.

only a fool makes threats, and only another fool feels threatened."

damn right.

"the invention of hugo cabret" gimana mesti ngejelasinnya. fifty-fifty lah. setengahnya keren karena ilustrasinya dan twist-nya. setengahnya gua masih nggak percaya kalo konten bahasanya rendah; nggak bagus-bagus banget tapi banyak menang penghargaan. opini sotoy ini muncul karena dewa gua oom lemony snicket, yang, demi teteisme, buku anak-anaknya bikin mikir. kalo "the invention of hugo cabret" itu nggak bikin mikir, gampang dicerna, tapi juga gampang dilupain. gua nggak tau kenapa gua beli itu buku; gua kira itu buku yang sama kayak film di bioskop itu. sampe sekarang gua belom google, karena apa? karena males.

£ / $

jadi.
mari kita galakkan gerakan baca buku sebanyak yang elo bisa dan kurangi waktu lo di depan laptop dan internet nista.

atau mungkin lakukan keduanya dengan imbang. UTS apa? chiki baru, ya?

2 comments:

  1. wah jadi hugo cabret novelnya gak begitu bagus?
    kemaren udah nonton film nya sih. ehm, kirain itu robot anak kecil nya bisa gambar apaaaa gitu. eh ternyata intinya tentang industri film lama jaman pasca PD II.

    tapi, lemony snicket lebih juara sih :3

    ReplyDelete
  2. kata-katanya kurang indah gitu. biasa aja. kalo dibandingin sama misalnya lemony snicket, roald dahl - kalah jauh si hugo cabret.

    iya itu dia twist-nya, dapet banget serius.

    ReplyDelete

I (F/30) am my father's son

when he actually has two.                         My 9 years junior dislikes his middle name, cutely given after a French legend because our...