Sunday, June 16, 2013

wow

beneran udah berakhir, kompetisi 31 hari menulis yang diselenggarakan oleh jurusan ilmu komunikasi UGM.

gua baru tau ini adalah kompetisi, karena tahun-tahun lalu gua nggak memperhatikan detailnya. maka ini adalah saat yang tepat untuk berandai-andai. seandainya gua tahu dari tahun-tahun lalu kalo ini, apa yang udah gua lakukan selama 31 hari dengan bermediumkan laptop + speedy tete atau ifon yang nggak mendukung websitenya blogger...seandainya...

*

kenapa itu novel gagas media yang tokoh utamanya anak film IKJ beromansa bersama cewek jepang endingnya adalah cewek jepang itu ternyata menderita leukimia?

seriusan.

kenapa harga buku mahal? dan ini gua yang ngomong, gua. manusia yang nggak pernah perhitungan kalo beli buku. apakah ini karena gua, selama nyaris empat tahun ini, tinggal di dekat toga mas si toko buku diskon? bamby yang dulu tidak pernah peduli dengan rupiah yang harus dikeluarkannya di gramedia atau times atau periplus? not that i mind nowadays, but still. there's a slight change, and gua kaga demen. terus kenapa kalo harga buku mahal, bam?

yah, dulu di jakarta emang sering ada gramedia fair gitu, tapi paling terjadinya setahun sekali. dan mall di jakarta letaknya jauh dari rumah gua, dan berarti toko buku pun jauh karena toko bukunya ada di dalam mall. di jogja gua bisa ke tiga mall dalam waktu satu hari, dan di setiap mall ada toko buku dan bahkan, kasarnya, toko buku itu berceceran di jogja.

oke bam.

pertanyaan lainnya adalah, tiada lagikah novel bergenre fantasi yang diterbitkan oleh gramedia pustaka utama yang worth it buat dibaca? soalnya agatha christie memborbardir toko buku dengan desain sampul depan kecenya itu; yang abstrak dan simbolis dan modern itu. kira-kira ada belasan judul baru yang (anehnya) banyak yang belom gua punya.

tete.

eragon makin aneh dan kepanjangan. gua males baca "the hunger games trilogy." gua nggak inget judul lainnya. yang jelas gua nungguin sekuelnya jacob reckless yaitu "fearless", di periplus malioboro mall ada sebenernya dan di sana pula ada lemony snicket's anjer gua lupa judulnya tapi gua inget harganya 165,000.

not a problem.

yang jadi problem itu di sana, sampul novel "the great gatsby" = poster filmnya = lol no.

mulai besok setelah bulan juli, gua nggak akan ada kelas kuliah lagi. apa itu. bagaimana. ini bukan curhat. tapi, haha. wow. nggak ada kuliah. wow.

*soalnya neno suka sama siwon*



kalo dipikir-pikir, dulu gua SMA itu tiga tahun, dan ini gua kuliah menuju 4 tahun. dan abis kuliah terus ngapain bam. nyaris 16 tahun hidup lo itu dihabiskan di dalam sebuah institusi (karena manusia belajar sampe mereka mati). are you going to leave altogether, or what, bam? institusi. kalo misalnya kerja, itu berarti berada di bawah naungan institusi juga kan? same fucking difference. tapi kerja = uang = buku.

hm. menarik.



eh gua nemu foto yang cocok buat menggambarkan muka sehari-hari gua selain cony si kelinci LINE.


gua jadi pengen punya guguk siberian husky. tapi gendong kucing aja nggak pernah apalagi anjing. oh iya kelinci juga nggak pernah padahal dulu punya banyak sampai beranak pinak. gua pernahnya menyelamatkan burung peliharaan yang nggak bisa terbang tapi nyasar dari lantai dua ke garasi. bangke lah sensasi detak jantung burung peliharaan tersebut ketika bersentuhan dengan telapak tangan lo. and that bird was warm, karena kalo gua tulis pake bahasa indonesia kesannya nggak dalem.

kalo ikan yah lo tau lah. licin bersisik slimy berlendir. kalo bayi itu berat, wangi, imudh, gembrot.

*

saking terbiasanya dengan cuaca mendung jogja selama beberapa minggu terakhir, ketika ada matahari (bukan mas matahari bukan department store ini gua mencoba melucu) mencoba eksis di balik kesuraman awan abu-abu dan langit tak berujung ini gua mencoba berbahasa puitis - well. aneh ya. nggak terima, gitu. ngapain lo sok-sokan muncul hari ini? ck ck udah lah lo bertengger tanpa guna aja di atas sana, biarkan kita terbawa ketetean mendung setiap harinya.

*

azka, lo bakal komen entri ini nggak?

*

ini entri penutup kompetisi 31 hari menulis. kalo lo beranggapan yang barusan lo baca itu semacam curhat, go ahead. tapi ini bukan.

gua mau mengutip kalimat asoynya almarhum steve jobs; "stay hungry stay foolish" - tapi gua dulu cuman mikir kalimat itu keren karena gua salah persepsi. gua kira dia adalah jenius programmer-nya semua produk-produk apple. ternyata dia si-i-o. CEO. yaelah.

jadi intinya teman-teman, kalo kata oscar wilde,
"life is far too important to be taken seriously."





Saturday, June 15, 2013

#31

skenario terburuk adalah gw nggak mengakhiri kompetisi #31harimenulis dengan gemilang

masa gw kudu ke warnet atau dunkin
speedy tete

Friday, June 14, 2013

#30

gw gak tau internet kosan mati atau ora karena mata telah lima watt dan tiba tiba dapet wangsit buat nulis entri tentang harga buku di toko yg secara umum emang mahal. tapi gw semalem cuman dapet tidur 4 jam plus tidur tidur ayam siang dan maghrib dan cao cao dulu sial padahal kompetisi segera berakhir harusnya entri kudu semakin keren

Thursday, June 13, 2013

#29 apaan ya

yang mesti di-post. tete nggak ada topik. gimana kalo beberapa foto kocak dari mana mana?


oh gua tau. rekomendasi makanan.
kalo di gading mas harganya sebungkus Rp 6.600,- enak dan nggak manis.

Wednesday, June 12, 2013

#28 bamby dan film.

so internet kosan mati.

ini public apology buat ichahoo karena gw salah intrepre? interpretasi kalo man of steel udah main mulai today haha tete untung ada now you see me yang bikin lo bingung itu.

lalu kita tadi makan di nanamia (cihuy list restoran gw mulai bisa dicentang) dan ngobrolin game of thrones yang bikin ichahoo menatap dinding dengan nanar. gw jadi makin penasaran sama game of thrones kayaknya wajib cekidot.

terus dapet lagi restoran yg wajib dikunjungi yaitu bong di seturan, chez moi di sebelah bong, hakone resto jepang dan loving hut vegetarian deket nanamia. entri restoran bakalan gw bikin page khusus di sebelah link beranda di atas.

so moral hari ini adalah film film baru selalu rilis hari kamis bam.

Tuesday, June 11, 2013

#27 dongeng patah hati (ini judul buku bukan judul entri)


entri ini ditulis bukan untuk menyakiti beberapa oknum tertentu, kayaknya sih bukan. entri ini lebih menjurus ke sebuah "kritikan tak mendasar seorang penulis yang setelah karyanya sempat ditolak gagasmedia kemudian dia pikir dia getir sama penerbit itu padahal enggak sama sekali karena dia macho."

kira-kira begitu.

satu hal yang bisa gua simpulkan setelah membaca kumpulan cerpen dongeng patah hati (KCDPH) adalah betapa populernya sudut pandang orang pertama yang digunakan oleh 18 penulisnya. gua pernah nanya sama ichahoo dan yoyon tete kenapa mereka lebih milih pake 1st POV itu; soalnya jadi lebih gampang buat menyampaikan emosi si tokoh utamanya.

kalo gua sesungguhnya geli sama 1st POV. geli dikira pembaca gua sebagai penulis menginvestasikan separuh/seperempat/sepertiga diri ini ke dalam sudut pandang tokoh utama novelnya. cih. dan kadang gua sebagai pembaca, yah, gua emang sering curiga kalo memang begitulah yang dilakukan oleh penulis-penulis cerita teenlit tersebut. mereka curhat dengan sarana - dengan wadah yang tidak konvensional; melalui tokoh utama novel mereka. nih gua kasih muka si cony,

do you get my point? curhat. ew.

KCDPH gua beli (dan gua baca) semata buat ngeliat pasar penulis yang nembus penerbit gagasmedia karena sampul novel-novel dari gagasmedia selalu oke punya selalu keren dan jempolan pokoknya.

ahem.

setelah membaca KCDPH, ego gua sebagai penulis pun lumayan terhina. sehina nyaris semua cerpen yang ada di KCDPH, karena gua harus akui ada tiga/empat cerpen yang semestinya nggak disandingkan sama produk-produk hina di situ; semestinya tiga/empat cerpen itu punya buku sendiri, maksudnya. dan hina disini tentunya sesuai dengan standar hina yang bamby usung karena belum tentu kita punya standar hina yang sama; dan gua mau ulang sekali lagi, gua beneran terhina waktu ngebaca KCDPH.

gua mungkin nggak bisa terlalu sok kalo menyangkut soal plot, karena gua tau gua rada lemah di situ; terlebih plot cinta-cintaan antara cewek dan cowok. jadi yang bisa gua tekankan mengenai kenapa gua terhina itu…lebih ke gaya penceritaan dan pemilihan frase dan eksekusi plot mereka.

intinya, mereka nggak se-pro mbak anastasia aemilia penulis katarsis. kecuali yang tiga/empat cerpen itu.

gua nggak bilang gua pro. sejujurnya gua bingung bikin plot percintaan cewek dan cowok yang nggak klise dan nggak maksa dan nggak bikin pembaca bete kayak gua waktu baca KCDPH. lalu apakah gua lebih baik daripada mereka? nggak juga, karena mana bam lo seperti ngemeng doang nggak ada direalisasikan novel perdana lo itu. ah. kesal, mungkin? yaelah. terheran-heran? nah, bisa jadi gua terheran-heran. sampah begitu bisa diterbitin, di gagasmedia pula, sementara elo yang masih terbelenggu rasa heran itu bakal terus dibikin heran karena lo nggak juga bergerak dan menggebrak.

makasih, bam.





oh ya teman-teman ini ada cuplikan dari chapter satu novel gua yang kayaknya mau gua…nggak lanjutin soalnya ora ono tokoh ceweknya (maaf, kebiasaan akut yang tengah berusaha diubah, suwer).





Summary:
    Enggar pikir beginilah dia akan melewati usia tujuh belasnya; belajar untuk Ujian Nasional dan kadang-kadang nonton film di bioskop dan jogging keliling kompleks perumahannya sebelum adzan Subuh berkumandang.
    Enggar pikir, di usia tujuh belas, tidak akan ada apapun itu yang mampu mengalahkan kedahsyatan kematian mendadak adiknya tahun lalu.
    Tapi tentu saja bukan begitu aturan mainnya.




PENA Enggar terhenti di . setelah mengisi kolom Tempat/Tanggal lahir dengan Jakarta, 31 Desember 1995.

    Dia pikir ‘membaca’ atau ‘mendengarkan musik’ atau ‘basket’ atau ‘sepak bola’ atau ‘berenang’ atau ‘nonton film’ bukanlah kegiatan yang bisa dia tulis sebagai jawaban untuk kolom Hobi yang tertera pada formulir pengenalan diri yang dibuat oleh wali kelas barunya.

    Karena...yah. Karena mereka bukan hobinya. Dia hanya, seperti manusia pada umumnya, melakukan kesemuanya selama kurang lebih tujuh belas tahun hidupnya; begitu saja. Berulang-ulang. Beberapa memang mengharumkan namanya dan menghadiahinya trofi-trofi berkilauan, terpajang di rak kayu di ruang tamu rumahnya, tapi tidak ada gejolak berlebih yang lantas mentahbiskan salah satu dari sekian banyak kegiatan dalam kehidupan Enggar Ananta sebagai hobi.

    Enggar mengintip formulir pengenalan diri Stefan, teman sebangkunya yang sudah sampai pada kolom Universitas impianmu.
   
    Hobi: Fotografi, edit video, main gitar :)
    Universitas impianmu: UI Teknik Elektro. ITB.

    “Eits,” Stefan nyengir sambil menutupi formulir pengenalan dirinya dengan lengan dan bahu kanannya. Enggar tidak balas nyengir tapi justru menatap serius Stefan, terus menatap selama beberapa detik lebih lama, dan akhirnya kembali pada formulir pengenalan diri miliknya.

    “Kenapa?” Stefan mengangkat sebelah alisnya dan duduk rapi seperti semula. “Beginian nggak penting, ya?”

    Kali ini Enggar hampir nyengir.

    “Gue nggak sekeren yang Gallant bilang.”

    “Ah.” Stefan mengangguk maklum. “Emang dia tuh suka sama lo. Sedih banget nasib lo, Nggar.”

    “Asal dia seneng.”

    “Hahahanjirrr.”
   
    *

    Pada akhirnya Bu Rita memanggil Enggar ke Ruang Guru sepuluh menit sebelum bel istirahat kedua berbunyi. Beliau mempertanyakan kenapa Enggar mengosongkan kolom hobi, universitas impian, dan motto hidupnya.

    “Saya―” Enggar mengernyitkan alisnya pada setumpuk formulir pengenalan diri murid-murid kelas XII-A yang ada di meja kerja Bu Rita dan teringat bahwa Bu Rita adalah guru Bahasa Inggris berusia tiga puluhan yang baru saja menikah.

    “Just because, Ma’am.” Enggar tidak suka mengangkat bahu di saat dia tidak berminat untuk menjawab atau menimpali atau berinteraksi dengan orang lain―aspek krusial yang membuat Gallant yakin kalau dia adalah cowok ter-cool seantero jagad―karena buat Enggar, mengangkat bahu terkesan mendegradasi tingkat intelijensinya. Tapi dia juga tahu tidak menjawab pertanyaan Bu Rita barusan adalah sikap tidak sopan yang bisa saja menjadi stereotip yang akan Bu Rita hadiahkan untuknya selama beliau menjadi wali kelasnya.

    Jadi, menjawab dengan subjek yang adalah bidang utama Bu Rita menjadi pilihannya. Dia menambahkan, berharap terdengar cukup demokratis, “No reason.”

    “Alright,” nada bicara Bu Rita terdeteksi geli-namun-tertarik, “would you like any help to determine your field of interest?”

    “That would be―” alunan Fur Elise dari Beethoven memotong kesediaan Enggar menerima bantuan Bu Rita. Satu menit lamanya Enggar mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut Ruang Guru.

    “Gimana?” Bu Rita masih tersenyum dan Enggar mengangguk singkat. “Nice! Kalo kamu udah siap, langsung aja konsultasi sama Ibu, oke?” Enggar mengangguk lagi secara otomatis.

    Seolah memahami kebisuan dan kedataran wajah Enggar adalah murni, beliau dengan ceria mempersilakan Enggar untuk menikmati waktu istirahat.

    Enggar mengucapkan terima kasih, mengantongi kedua tangannya di saku celana ketika berjalan menuju pintu, dan mendapati Gallant, Stefan, dan Ical sudah menantinya di koridor.

    “Kenapa, bro?” Stefan mengedikkan kepalanya ke arah Ruang Guru.

    Enggar menggumam.

    Gallant tidak membuang waktunya untuk segera merangkul bahu Enggar, lengkap dengan senyuman genit mengerikan yang tidak pernah absen membuat Ical terkikik dan Stefan menjulingkan matanya.

    “Kangen deh sama Enggar,” kata Gallant.

    (Enggar yang minggu lalu akan menghempaskan rangkulan Gallant tanpa ampun, tapi ketika menyadari resistansinya hanya membuat jeritan-jeritan fansclub Gallant(1) semakin menjadi, dia pikir mungkin tidak ada salahnya untuk ikut andil dalam Permainan Homo-Homoan ini.

    Ini baru hari Senin, minggu ketiganya menjadi murid kelas dua belas, dua hari yang lalu dia dan Gallant masih pergi Jum’atan bareng. Siapa yang bakal keluar jadi pemenangnya, bahkan seorang Enggar yang-katanya-Gallant-itu-cool pun penasaran.)

    “Kok lo nggak nyikut gue, Nggar?” Gallant menghentikan langkahnya. “Biasanya, harusnya, gue udah kena sikut lo dan gue sok mewek. Sementara elo dengan kerennya nyuekin gue,” dia memeriksa suhu badan Enggar, “lo nggak sakit, kan?”

    Stefan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ical menertawakan Stefan yang entah kenapa sangat terganggu dengan Permainannya Gallant.

    “Harusnya lo bisa terima gue apa adanya,” Enggar melingkarkan lengannya ke pinggang Gallant. Pose mereka cukup malu-maluin karena mereka berdiri sama tinggi, dan Stefan dan Ical mulai menjauhi mereka secara konstan. Koridor lantai satu masih dibanjiri lautan siswa dan siswi kelaparan yang bereksodus ke kantin, dan tak lama, teman-teman Gallant dari kelas lain yang kebetulan melihat―dari kelas sepuluh sampai dua belas karena Gallant adalah Cowok Paling Populer, Supel, Humoris, dan Jangan Lupa Ganteng―bersiul-siul iseng diikuti dengan cekikikan cewek-cewek fans beratnya Gallant.

    (Biasanya, harusnya, Enggar tidak suka dengan keramaian―terlebih menjadi pusat perhatian―tetapi melihat Gallant yang pembawaannya nyantai mendadak gelagapan, yah. Lumayan lah.)

    “Anjir anjir,” Stefan mendorong Gallant lepas dari pelukan Enggar. “Anjir, kenapa gue punya temen goblok-goblok gini?!”

    “Stefan trauma kayaknya.” Ical dengan damai berkomentar, dan Gallant menyikutnya. “Aw! Nggar, pacar lo nakal nih!” Ical mencibir, tapi dia lari mencari perlindungan di balik badan Enggar ketika Gallant mengangkat tangannya lagi.

    “Njir, Cal, lo jangan ikut-ikutan!” Stefan membelalakkan matanya.

    “Sakit njir...” Ical mengelus-elus dadanya sebelum dia tancap gas ke kios nasi kuning yang berada di ujung kantin.

    Mereka berempat mengantri di sana; Stefan sibuk dengan ponselnya, Ical bercanda dengan ibu penjual, dan Gallant menepis semua gosip yang dilontarkan padanya dengan senyuman paling memikat yang sering dia gunakan sementara Enggar diam tepat di hadapannya. Berani taruhan, Gallant tidak akan pernah kapok dengan tingkahnya yang memang layak menjadi bahan gosip satu sekolah, dia hanya sedikit terkejut terkait seberapa kooperatifnya Enggar tadi.

    Mereka mendapat meja kosong di dekat kios nasi kuning tersebut, dan benar saja, Gallant duduk di sebelah Enggar; menggeser bangku plastiknya sepersekian senti lebih dekat lagi sampai kedua lengan mereka bertempelan. Enggar kidal, Gallant tidak, dan sepertinya Gallant cukup senang dengan ketidaknyamanan yang diciptakannya.

    “Anjir.” Stefan menciduk sesendok nasi kuning dengan kekuatan yang tidak perlu. Ical dengan acuh menambahkan sambal kacang banyak-banyak ke piringnya.

    “Ini makhluk mulutnya perlu dipasang filter,” Gallant berkata prihatin, “Fan, kenapa sih lo bete banget kalo liat gue mesra sama Enggar?”

    “Anjirrr...” Stefan menarik napas dalam-dalam, tetapi tidak terpancing oleh keabsurd-an yang di otak Gallant adalah topik yang tepat untuk membuka obrolan ringan di siang hari.

    “Kalo gue nggak tau lo naksir berat sama Maya gue ngeliatnya lo jeles karena gue mesra banget sama temen sebangku lo.” Ical menyambut ajakan tos dari Gallant dan Stefan membuat tanda salib dengan terburu-buru, kemungkinan besar berdoa tidak ada seorang pun yang mendengar ocehan Gallant tentang Maya atau berdoa agar dikuatkan imannya supaya dia tidak membunuh Gallant dengan garpu yang dicengkeramnya.

    Enggar menonton teman-temannya bertingkah, karena kalau Gallant adalah leader nyeleneh mereka dan Stefan adalah Si Kurang-lebih Normal dan Ical punya Mental Anak TK, maka Enggar adalah Penonton Setia yang masih belum paham alasan kenapa Gallant, Stefan, dan Ical tiba-tiba mendatanginya di hari pertama mereka menjadi teman sekelas dan mengajaknya jajan di kantin bersama. Bahkan Stefan―setelah kalah main hompimpa―menawarkan diri menjadi teman sebangkunya Enggar dan membawakannya amplang keesokan harinya.

    (Enggar punya beberapa teori Kenapa. Mungkin dirinya terlihat nelangsa sendirian mendengarkan musik di iPodnya, duduk diam di bangku barisan paling belakang kelas XII-A yang ramai oleh jeritan-jeritan senang asyik-kita-sekelas-lagi! Mungkin Stefan yang memang datang terlambat tidak kesampaian bertempur untuk mencari bangku dan/atau teman sebangku yang bukan orang asing, dan hanya Enggar yang tersisa. Mungkin Gallant benar-benar suka padanya? Ha ha.)

    Enggar mengerjapkan matanya ketika ada sesendok penuh nasi kuning datang dari arah Gallant, yang tengah tersenyum penuh harap. Dari sudut matanya, Enggar melihat Ical menodongkan iPhone berhiaskan stiker Shaun the Sheep milik Gallant di udara, siap mengabadikan momen yang hanya bisa terjadi kalau saja tidak ada seseorang yang menyenggol badan Enggar sampai dagunya terantuk sendok yang akhirnya jatuh ke lantai kantin.









(1)
adjective: |ˈgalənt| (of a person or their behavior) brave, heroic.

noun: a dashing man of fashion, a fine gentleman.


















gimana, sodara-sodara, cuplikan novel-yang-kayaknya-kurang-potensial-buat-pasar-indonesia punya gua? komentarnya ditunggu; masukan, kritik, ih bam keren, dan saran.

atau apa gitu kue gua juga mau.

p.s. itu judulnya "anak laki-laki" dan gallant bukan tokoh utama keduanya. sayangnya. haha.







Monday, June 10, 2013

#26 katarsis, sebuah novel oleh anastasia aemilia


gua akhirnya menemukan sebuah novel indonesia yang nyaris sempurna.
sempurna sesuai selera gua, maksudnya.



gua baca novel ini tadi siang. 261 halaman gua abisin dalam waktu kurang lebih tiga jam. gua nggak niat buat baca dengan khusyuk, cuma "ah beberapa chapter aja sabi terus bab 1," tapi lol. bab 1 apa?



dari profil singkat penulis, dikatakan kalo mbak anastasia awalnya pengen jadi seorang travel writer tapi banting setir jadi penulis psychology thriller dan bangke emang katarsis beneran novel psychology thriller yang gua kasih 4,5 bintang dari 5 bintang.

ini dia beberapa alasan solid kenapa katarsis cocok sama bamby;

1. gaya penulisan mbak anastasia.

gua baca katarsis layaknya baca novel terjemahan, lo bakalan bisa banget membedakan gaya nulisnya mbak anastasia versus novel teenlit yang belom lama ini gua baca (dan bakal gua angkat jadi topik besok). usut punya usut, mbak anastasia ternyata udah kerja lama di GPU (gramedia pustaka utama) sebagai penerjemah dan editor. dahsyat gan.

    "Tubuhku tak bisa merasakan luka. Tapi setiap mendengar psikiater itu menyebut nama Tara, atau ketika mendengar Tara menyebut nama Alfons di peron pagi itu dan meminta izin padanya untuk makan malam bersamaku, aku mulai mengerti dengan apa yang dimaksud ibuku soal kebahagiaan yang getir. Asalnya bukan dari luka-luka di lenganku, tapi di sini, di dadaku. Aku membenci rasa itu, tapi juga sedang menikmatinya." (hal. 186)

    "Dia benar. Biasanya polisi selalu benar. Dan kalau tidak benar, biasanya mereka keras kepala dan sok tahu, dan lama-lama menjadi benar. Tapi mungkin dia benar." (hal. 232)


buat gua yang kalo baca novel indonesia seriusan milih-milih alias high maintenance baik dari segi cerita, gaya penulisan, dan keseluruhan novel itu sendiri, well, katarsis jelas nomor satu. 5cm? lewat. dan hujan pun berhenti? nyampah.

2. karakter utamanya.

adalah cewek belia. tara johandi. digambarkan cantik berambut panjang dengan pipi berlesung pipit yang sayangnya memudar. didiagnosis sebagai sosiopat/psikopat yang nggak bisa berempati, pintar membaca suasana dan karenanya jago ngibul, kejam, smart, sepanjang cerita beneran nggak minta dimanja/berharap ada orang yang 'mengerti' dirinya, sinting, dan pada intinya dia adalah gambaran ideal tokoh utama cewek yang semestinya bisa muncul di novel-novel gua. oke, mungkin nggak separah tara, tapi kurang lebihnya begitulah kawan-kawan. haha.

tapi gua pikir apa yang lo barusan baca nggak mampu mendeskripsikan seberapa unbelievable-nya si tara ini. lo harus baca sendiri biar lo bisa paham. dan ini gua yang ngomong, gua. yang alergi punya tokoh utama cewek di novel yang gua tulis sendiri, jadi tara yang berhasil bikin gua memuji dirinya, well lo beneran harus baca katarsis.

3. efek tak kasat mata yang gua dapatkan.

darah. daging yang busuk. tulang patah. penggambaran adegan-adegan sadis yang detail dan nyaris―nyaris―bikin gua yang macho ini ngilu. dan itu tadi. nuansa kelam sepanjang cerita yang nggak bisa lepas selama gua membaca katarsis. dari sudut pandang gua sebagai penulis (ayo semuanya bilang amin), kalo lo bisa ngejaga satu sensasi tertentu ketika lo baca sebuah buku―sensasi yang langsung menyergap lo dari halaman-halaman awal buku sampai halaman terakhirnya―anjir itu yang namanya penulis berhasil, konsisten, profetetesional, dan jelas tau banget dia lagi ngapain.

mbak anastasia tau dia itu nulis novel psychological thriller, dan emang ada percikan romansa yang dia sisipkan, tapi bahkan romansa―yang selalu manusia cari dimanapun, dalam bentuk apapun, dan kadang justru ngerusak plot―romansa yang ada di katarsis ini pun sifatnya destruktif, bung. destruktif, posesif, berada di luar batas nalar lo soal romansa yang biasa lo baca di novel-novel teenlit iya gua lagi sarkas.

4. sampul depan.

ya maksud gua, lo tau lah biasanya sampul depan novel-novel indonesia terbitan GPU seringnya menjurus alay, norak, bikin mata bete. tapi katarsis? lo liat kan itu ada anak kecil cewek ngangkat boneka yang kepalanya copot? nah, itu dia.

5. alur.
mbak anastasia. ah gua jadi pengen kenalan sama embak. sayang dia nggak mencantumkan email atau FBnya. diri ini ingin banyak bertanya padamu, mbak anastasia. haha.
so. alurnya.
cepat, dinamis, nggak bertele-tele, jelas, dan melompat-lompat dari present time ke past - dan waktu ganti bagian (bukan chapter), ternyata point of view-nya pindah ke tokoh cowok utama bernama ello. dan ada chapter yang beneran selang-seling dari tara > ello > tara > ello lagi. 4,5 bintang gua nggak sia-sia.

6. judulnya.

katarsis. kata serapan dari bahasa inggris catharsis yang lumrahnya diterjemahkan sebagai suatu bentuk pelepasan emosi yang ditumpuk-tumpuk dengan cara entah mecahin piring, meninju tembok, berteriak di ruangan kosong, atau kalo sampai tingkat ekstrem ya mungkin bunuh orang atau menyayat pergelangan tangan.
satu kata aja itu judul novelnya mbak anastasia. katarsis. udah gitu doang. tapi wooow nggak sanggup lah silakan baca artikel ini, http://youarenotsosmart.com/2010/08/11/catharsis/







gua bilang katarsis ini nyaris jadi novel sempurna. nyaris. berikut beberapa alasan kontradiktif buat pujian-pujian di atas;

a. psikiater-nya si tara, namanya alfons, diceritakan punya tunangan. tapi cuma muncul sekitar dua paragraf dan nggak pernah disebut-sebut lagi padahal (spoiler, sori nih) si alfons m_ _ _ woy. sebagai tunangan bukannya doi kudu nangis meraung raung mempertanyakan dan heboh sana sini. tapi mana doi nggak muncul sama sekali tuh padahal pemberitaan kem_ _ _an alfons semerbak di media. dan nggak ada isyarat kalo alfons memutuskan tali pertunangan atau gimana.

b. daun mint yang fungsinya apaan nggak jelas. apakah aromanya bisa menyamarkan bau daging busuk termutilasi di gudang rumah lo?
air putih menyegarkan yang selalu alfons kasih ke tara, apa gunanya? apakah itu air putih biasa? tapi kenapa selalu diceritakan dengan detil di setiap kali tara meminumnya? jangan-jangan air putih itu ramuannya si alfons biar tara waras?

c. plotnya.
lo boleh panggil gua sok (biar sepakat sama mami gua), tapi plot katarsis ini ketebak. buat gua yang sedari jaman jahiliyah udah melahap novel-novel agatha christie, katarsis...yah...sebenernya biasa aja kalo yang nulis bukan si mbak anastasia yang notabene adalah orang indonesia. tapi karena yang nulis adalah orang indonesia (plus enam poin di atas)―4,5 bintang bukanlah sesuatu yang berlebihan buat katarsis.

d. alasan tara membenci orang tua kandungnya sendiri.
katarsis ditulis pake point of view orang pertama, pake "aku", dan harusnya kalo pake POV begini si tara bisa  menceritakan jauh lebih dalam lagi kenapa dia benci namanya sendiri, tara, yang adalah gabungan dari tari dan bara; mama dan papanya.

kalo soal kecenderungan psikopat/sosiopatnya si tara, udah keliatan dari waktu dia berumur lima tahun, tapi kenapa―seriusan tete ayam―kenapa dia benci mamanya yang lembut itu? yang dia b_ _ _ h di tangga rumahnya itu? papanya sempat disebut "memukuli mamanya", oke fine, gua bisa terima, tapi terus apaan? (soalnya diceritakan sambil lalu aja, perihal papanya memukuli mamanya. kurang detail. atau emang si mbak anastasia sengaja nggak membeberkannya?).

menurut gua, isu ini harusnya bisa digali lagi - atau bahkan dieksploitasi sebagai titik nol latar belakang tara si sosiopat/psikopat. untung aja (maklum gua pembaca high maintenance) si tara nggak pernah bersikap kayak cewek-cewek korea yang melenguh manggil "oppa" mereka pake suara sengau menggelikan. untung aja.










apa lagi yang bisa gua bilang tentang katarsis? bahwasanya masih ada novel indonesia yang nyaris sempurna buat selera sok high maintenance gua? bahwasanya bamby bisa bikin entri berkualitas macam bedah/review buku kayak gini yang mungkin bisa menyelamatkan muka logikatanpacela dan mungkin mengantarkan bamby ke takhta pemenang kompetisi 31 hari menulis? haha.

oke besok gua bakal bedah/review novel teenlit keluaran gagasmedia yang pernah bikin gua memaki di status FB dan BBM. besok.

sekian dulu.






Sunday, June 9, 2013

#25 makanan di jogja

hari ini gua berhasil makan ayam geprek bu rum dengan cabe 4 yang nggak berasa pedesnya, dan seafood murah yang sebelah CK jalan sudirman.

ayam geprek bu rum enak pake parah, cepet, dan 10,000 udah cukup pake tempe sepotong. makasih kakak icha sudah memperkenalkan ayam geprek tersebut.
seafood murah porsinya dikit tapi sambel nanas dan sambel manisnya empat jempol. makasih azka dan ellen yang udah ngajak gua makan malam di sana.

terus azka ngasih sisa-sisa beard papa vanilla yang dibawain temennya. gokil hari ini.

berhubung gua nasibnya kesian, berikut adalah daftar restoran yang wajib dikunjungi sebelom cabut dari sini:

1. asagaya jakal
2. shilla makanan korea sebelah happy puppy ring road
3. nanamia = 12 juni 2013 bareng ichahoo

4. mondo
5. dimsum xo yang di amplaz

6. jejamuran

7. kuki donat jakal

8. masakan india yang di gang pizza hut jakal 

9. parsley jakal

10. bong di seturan

11. chez moi sebelahan bong

12. hakone di daerah deket nanamia

13. loving hut restoran vegetarian deket nanamia

dan masih banyak lagi sodara-sodara. list ini akan di-update dan akan dibuat entri tersendiri buat masing-masing restorannya.

Saturday, June 8, 2013

live report

bukan internet kosan yang mati nyala hari ini , tetapi listrik kosan. emang kosan gua rada-rada nyampah. mati listriknya itu sedetik, terus hidup, mati lagi sedetik, hidup lagi - ada interval tiap sekitar 5-10-15 menit ayo cepat publish entri ini bam.

Friday, June 7, 2013

#24 menta, permen cinta (sebagaimana tertera di kemasannya)


rasanya nggak berubah sejak belasan tahun lalu. salut.



* shout out buat temen kosan gaul gua raminda azka yang udah ngasitau gua kalo logikatanpacela bikin dia ketawa. mayan lah berhasil. thanks, zka.

Thursday, June 6, 2013

#23 "oh begitu..."

dua hari yang lalu gua liat skripsi orang. mbak itu meneliti tentang perbedaan perilaku mahasiswa exchange dari jerman, australia, jepang, dan korea.

hasil penelitian mbak itu menyimpulkan bahwasanya gaya belajar mengajar universitas di jepang dan korea menitik beratkan kepada perilaku mahasiswanya sebagai berikut;
- mahasiswa mendengarkan dosen dengan saksama, lalu mencatat dengan rajin
- nggak ada diskusi antar mahasiswa/dosen, nggak ada presentasi
- tanya jawab hanya terjadi ketika dosen menunjuk seorang mahasiswa saja
- setelah jam kuliah usai mereka ngetem di perpustakaan buat internetan atau langsung ngerjain tugas

gampangnya, pasif.
(tapi toh mereka otaknya berisi daripada kita? mungkin.)

sementara itu, mahasiswa dari belahan dunia barat kurang lebihnya serupa dengan kita mahasiswa indonesia, jauh lebih aktif dan dinamis.

lalu, gua pun beropini ke yoyon yang duduk di sebelah gua, "yon jangan-jangan kita mahasiswa indonesia emang udah oke secara individual, tapi institusinya jijay?" karena let's be honest, ladies and gentlemen, lo pasti tau apa yang gua maksud.

atau, seperti biasa, gua cuma menjustifikasi diri. heh.

(yoyon setuju sama opini gua, ngomong-ngomong.)

Wednesday, June 5, 2013

#22 bamby dan instagram

kalo lo pernah mampir ke akun instagram gua, lo bisa liat kalo gua nggak pernah upload foto diri karena gua 1) malu, 2) nggak bisa gaya, 3) geli ngeliat mereka yang begitu, dan 4) semua jawaban adalah benar.

gua lebih memfokuskan akun instagram tersebut buat mengolah dan melatih terus sisi artistik gua terkait landscape, pemandangan, dan/atau objek abstrak lainnya. tetapi buat gua pribadi, nampaknya gua masih harus lebih sering memanfaatkan ifon yang males gua ambil dari tas, misalnya waktu ane lagi di daerah perpus-rektorat-kehutanan yang notabene adalah situs-situs kece buat sok sokan jadi fotografer.

sudah 41 minggu berlalu sejak gua mulai mengaktifkan akun http://instagram.com/ybamb#



berikut foto-foto favorit bamby, courtesy of herself:

diambil ketika terjebak di dalam pesawat lion air, kondisi sudah mendarat di bandara internasional adi tsujipto (ini bener gak tulisannya) setelah berputar-putar setengah jam di udara, dan akhirnya hujan badai.


lokasi? pemandangan langit pondok indah, jakarta selatan. diambil dari dalam mobil.


pucuk-pucuk pohon di setumbu, jawa tengah. ketika matahari terbit, gua pikir filter black and white-nya justru bikin cool (semoga lo juga berpikiran sama).




Tuesday, June 4, 2013

#21 molring, bagian dua

ini dia si "piki piki" yang emang nggak enak itu. apa daya "tiga bersaudara" lagi langka di kantin fisipol maupun kantin pasca sarjana (bahasa cakepnya S2) ekonomi. harganya sama yaitu Rp 3.500,-



wow, ngomong-ngomong. ini udah hari ke-21 kompetisi #31harimenulis yang diadakan oleh jurusan ilmu komunikasi universitas gadjah mada.

kurang lebih dalam 10 hari, akankah bamby terus menulis di sini ketika kompetisi berakhir?



Monday, June 3, 2013

#20 cats of instagram

gua sebenernya nggak takut sama kucing, tapi demi tete sampai saat ini gw belom pernah gendong/mendekap kucing pake tangan gua.

ah.

ini beberapa link ke instagram catlebrity keren yang gua follow di instagram gua;

http://instagram.com/cats_of_instagram

http://instagram.com/maezy321


http://instagram.com/tomiinya

matanya jereng. gembrot.

ada banyak tapi karena yang tampil di dashboard mereka, yah.

cakep ye kucing.

Sunday, June 2, 2013

#19 molring

cuma merek ini yang dahsyat punya. strukturnya emang keras banget bikin gigi lo gemelutuk (?), tapi pedasnya pas.

 ada merek lain, judulnya "piki piki" kalo gak salah, dan yang itu nggak enak, sodara-sodara. pahit. nggak keras jadi nggak seru waktu dimakan.

segeralah beli yang mereknya "tiga bersaudara" di kantin fisipol atau kantin ekonomi S2. harga per-bungkus Rp 3.500,- saja.


Saturday, June 1, 2013

#18 safari ifon ane tidak kompatibel sama blogger

tapi bisa posting tapi sebaiknya anda ganti browser katanya google

tete internet kosan tete

pasti ini postingannya dobel dobel
there is an error processing your request la la la

I (F/30) am my father's son

when he actually has two.                         My 9 years junior dislikes his middle name, cutely given after a French legend because our...